Jakarta, voxasia.id – Meski ekonomi tumbuh stabil, Indonesia tertinggal dalam pengurangan kemiskinan dibanding China, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Filipina berdasarkan standar $6,85 PPP.
Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong stabil dalam satu dekade terakhir, realitas berbeda muncul saat ukuran kesejahteraan ditakar menggunakan standar internasional. Berdasarkan garis kemiskinan global untuk negara berpendapatan menengah atas—yakni $6,85 per hari dalam paritas daya beli (PPP 2017)—Indonesia tertinggal cukup jauh dibanding negara-negara tetangga di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Ketimpangan Laju Penurunan Kemiskinan
Menurut data Bank Dunia melalui PovcalNet, kecepatan penurunan kemiskinan Indonesia tergolong lambat. Pada 2011, sekitar 60% penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan $6,85 PPP. Sepuluh tahun kemudian, angka itu hanya turun menjadi 45%. Artinya, penurunan hanya sekitar 15 poin persentase dalam satu dekade.
Bandingkan dengan Vietnam, yang mampu memangkas angka kemiskinan dari 63% menjadi 18%—turun 45 poin persentase. Tiongkok bahkan lebih cepat: dari 63% menjadi hanya 10% pada 2019, menandakan penurunan 53 poin persentase dalam waktu kurang dari satu dekade.
Negara lain seperti Thailand dan Malaysia juga menunjukkan kinerja jauh lebih baik, mencerminkan keberhasilan program sosial yang lebih efisien dan terarah.
Fakta Data: Indonesia Jauh Tertinggal
Dalam laporan MACRO POVERTY OUTLOOK 04/2025 dari Bank Dunia, disebutkan bahwa tingkat kemiskinan Indonesia berdasarkan standar $6,85 PPP 2017 masih sangat tinggi:
Indonesia: 61,8% (2023)
Tiongkok: 17,0% (2021)
Thailand: 12,2% (2021)
Malaysia: 2,3% (2021)
Filipina: 55,3% (2021)
Data Vietnam memang belum tersedia secara spesifik untuk garis kemiskinan ini. Namun, tren umum menunjukkan bahwa Vietnam telah mencatat kemajuan signifikan dalam pengentasan kemiskinan relatif terhadap standar global.
Bahkan Kalah dari Filipina
Yang paling mengkhawatirkan, Indonesia juga tertinggal dari Filipina—negara yang selama ini dianggap memiliki tantangan ekonomi serupa. Filipina mencatat penurunan kemiskinan dari 58% menjadi 42% dalam sepuluh tahun terakhir. Dengan demikian, laju pengentasan kemiskinan Filipina sedikit lebih unggul dari Indonesia.
Padahal, secara potensi, Indonesia memiliki keunggulan struktural: jumlah penduduk besar, kekayaan sumber daya alam, dan stabilitas ekonomi makro yang relatif baik. Kenyataannya, keunggulan tersebut belum sepenuhnya tercermin dalam capaian sosial-ekonomi dasar seperti pengurangan kemiskinan.
Dengan data dan tren saat ini, klaim bahwa Indonesia tertinggal dalam pengentasan w dibanding Tiongkok, Thailand, Malaysia, dan kemungkinan besar Filipina dapat menjadi tantangan serius bagi pembuat kebijakan agar tidak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga distribusi dan inklusi sosial yang lebih adil.