Jakarta, voxasia.id – Bill Gates, pendiri Microsoft sekaligus filantropis global, mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi salah satu lokasi utama dalam uji coba vaksin tuberkulosis (TBC) M72/AS01E, yang saat ini sedang memasuki uji klinik fase 3. Dalam pertemuannya dengan Presiden Prabowo Subianto pada Rabu (7/5), Gates menegaskan pentingnya peran Indonesia dalam penelitian vaksin ini, yang diharapkan dapat menggantikan vaksin BCG yang saat ini ada.
“Kita membutuhkan vaksin tuberkulosis. Dan faktanya, uji coba untuk vaksin tuberkulosis telah dimulai, termasuk dengan hubungan yang kuat di Indonesia,” ujar Gates, seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Namun, di balik harapan besar terhadap vaksin M72/AS01E, muncul berbagai pertanyaan kritis yang perlu dijawab mengenai keamanan, etika, dan dampak jangka panjang dari pelaksanaan uji coba ini, terutama mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi di dunia.
Vaksin M72/AS01E: Janji atau Tantangan Baru?
Vaksin M72/AS01E merupakan vaksin rekombinan yang dikembangkan oleh GlaxoSmithKline (GSK) dan dilisensikan kepada Bill & Melinda Gates Medical Research Institute (Gates MRI) sejak 2020. Vaksin ini menggabungkan antigen M72 dari Mycobacterium tuberculosis dengan adjuvan AS01E, yang berfungsi memperkuat respons imun tubuh. Vaksin ini bertujuan untuk memberikan perlindungan lebih baik dibandingkan dengan vaksin BCG yang saat ini digunakan, yang diketahui memiliki efektivitas terbatas, terutama pada orang dewasa.
Namun, meskipun vaksin ini menjanjikan, masih banyak ketidakpastian tentang jangka panjang dampak vaksin ini bagi populasi yang telah terinfeksi TBC laten, yang dapat berisiko mengembangkan TBC aktif.
Indonesia: Uji Coba atau Terbuka untuk Eksperimen Global?
Indonesia dipilih sebagai salah satu negara untuk uji klinik fase 3 vaksin M72/AS01E, yang akan melibatkan sekitar 2.500 subjek dari total 20.000 subjek di tujuh negara lainnya. Uji klinik ini dilaksanakan dengan desain randomized, double-blind, placebo-controlled yang bertujuan untuk mengevaluasi efikasi, keamanan, dan imunogenisitas vaksin.
Namun, pemilihan Indonesia sebagai lokasi uji coba mengundang beberapa pertanyaan kritis, terutama mengingat Indonesia adalah negara berkembang dengan sistem kesehatan yang mungkin belum sepenuhnya siap untuk menangani segala potensi komplikasi dan risiko jangka panjang yang bisa muncul dari vaksinasi masal. Apakah sistem kesehatan Indonesia benar-benar siap untuk mengelola dan memantau efek samping vaksin jangka panjang, terutama pada kelompok besar yang rentan terhadap TBC aktif? Apakah ada garansi transparansi dalam setiap tahap uji klinik ini?
Siapa yang Diuntungkan?
Tuberkulosis adalah penyakit yang masih menjadi pembunuh utama di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun, masalah terbesar bukan hanya pada penyebaran TBC, tetapi juga pada penanganan infeksi laten yang dapat berkembang menjadi TB aktif. Vaksin M72/AS01E diharapkan dapat mencegah transisi dari infeksi laten ke TB aktif, yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan global.
Namun, pertanyaan besar muncul mengenai apakah vaksin ini akan diterima oleh masyarakat yang sebelumnya sudah disuntik dengan vaksin BCG, dan apakah vaksin baru ini dapat diakses oleh mereka yang paling membutuhkan. Perbedaan akses kesehatan di Indonesia bisa menjadi hambatan besar dalam implementasi vaksin ini secara efektif, dan apakah pengujian vaksin ini akan menciptakan jurang pemisah antara mereka yang mendapat akses untuk vaksinasi dan yang tidak?
Risiko Keamanan: Apakah Vaksin Ini Terbukti Aman?
Berdasarkan hasil uji non-klinis yang dilakukan pada berbagai hewan model, Badan POM menyatakan bahwa vaksin ini memiliki profil keamanan yang memadai, tanpa meningkatkan risiko progresi penyakit atau kekambuhan. Namun, hasil uji pada hewan tidak selalu mencerminkan dampak yang sama pada manusia, dan vaksin ini belum terbukti sepenuhnya aman dalam populasi manusia yang luas.
Selain itu, vaksin ini akan diuji pada remaja 15–17 tahun dan dewasa 18–44 tahun, yang mungkin berisiko lebih tinggi terpapar infeksi TBC aktif. Apakah uji coba ini cukup representatif untuk memastikan bahwa vaksin ini dapat memberikan perlindungan jangka panjang bagi seluruh kelompok usia yang lebih besar, termasuk orang lanjut usia yang lebih rentan terhadap TBC?
Dampak Sosial dan Kesehatan dalam Jangka Panjang
Jika vaksin M72/AS01E terbukti efektif dan aman, ini akan menjadi terobosan besar dalam pengendalian TBC. Namun, potensi dampak sosial dan kesehatan dalam jangka panjang perlu dicermati dengan hati-hati. Apakah pengenalan vaksin baru ini akan mempengaruhi program vaksinasi nasional dan sistem imunisasi yang sudah ada? Bisakah vaksin ini mengurangi angka penyebaran TBC tanpa menimbulkan efek samping yang tidak terduga?
Penerimaan masyarakat terhadap vaksin ini juga menjadi faktor krusial. Apakah masyarakat Indonesia akan terbuka menerima vaksin baru, mengingat sudah ada skeptisisme terhadap vaksinasi dalam beberapa tahun terakhir?
Kesimpulan: Peluang atau Risiko?
Keterlibatan Indonesia dalam uji coba vaksin M72/AS01E adalah langkah penting dalam upaya global mengatasi TBC. Namun, meskipun banyak harapan untuk terobosan ini, kita tidak bisa mengabaikan tantangan etika, keamanan, dan sosial yang harus dihadapi.
Apakah Indonesia siap menjadi laboratorium global untuk eksperimen vaksin, atau apakah kita hanya menjadi korban dari keputusan yang diambil oleh pihak luar tanpa mempertimbangkan kondisi sosial-ekonomi negara ini secara menyeluruh? Jawabannya tidak hanya terletak pada keberhasilan vaksin itu sendiri, tetapi juga pada bagaimana kita mengelola risiko dan manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sumber:
- CNN Indonesia (8 Mei 2025)
- Ringkasan Evaluasi BPOM (19 April 2024)